HIBRIDISASI
Pengertian Hibridisasi dalam kimia
adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang
baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep
orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk
orbital molekul dari sebuah molekul. Teori-teori tentang hibridisasi dijelaskan
berdasarkan proses penggabungan orbital-orbital atom yang digunakan elektron yang
saling berikatan (teori ikatan valensi).
Hibridisasi
tidak hanya menyangkut tingkat energi, tetapi juga bentuk orbital gambar.
Berdasarkan teori Hibridisasi, sebagai contoh C dengan 4 orbital hibrida
sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp), dapat membentuk 4 ikatan
kovalen yang equivalen. Jadi, hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari
tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat.
Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan
struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan
untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya
diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang
efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi
dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen.
Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi
yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi
karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya
memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian
diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti
karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi
barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri
dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan
strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga
P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan
dalam metana.
Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan aturan hibridisasi yaitu :
1. Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama
2. Orbital hybrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung.
3. Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan electron
Pembentukan orbital hybrid melalui proses ibridisasi adalah sebagai berikut
:
- Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang
lebih tinggi tingkat energinya sehingga jumlah electron yang tidak
berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang akan terbentuk. Atom yang
sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang mungkin adalah
dari ns ken p dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d
- Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di
daera orbital hybrid.
- Terjadi tumpang tindih orbital hybrid dengan orbital atom lain
sehingga membentuk ikatan kovalen atau kovalen koordinasi.
PROSES HIBRIDISASI
Proses hibridisasi berlangsung dalam
tahap-tahap berikut :
(1) Elektron
mengalami promosi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi. Misalnya
pada Be : dari 2s ke 2p)
(2) Orbital-orbital
bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida yang ekivalen.
Contoh 1 :
Be mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2. Satu elektron
dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi 1s2 2s1
2p1x. Orbital 2s dan 2p1x berhibridisasi membentuk dua
orbital hibrida sp yang ekivalen berbentuk garis lurus.
Contoh 2 :
B mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p1. Suatu
elektron dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1
2p1x 2p1y. Orbital 2s 2px dan 2py
berhibridisasi membentuk tiga orbital hibrida sp2 yang ekivalen berbentuk segitiga
datar.
Contoh 3 :
C mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p2. Satu elektron dari 2s
mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1 2p1x 2p1y 2p1z. Orbital
2s. 2px. 2py dan 2pz berhibridisasi membentuk 4 orbital hibrida sp3 yang ekivalen
berbentuk tetrahedral.
Contoh 4 :
P mengalami konfigurasi elektron terluar 3s2 3p3. Satu elektron dari 3s
mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s1 3p1x 3p1y 3p1z 3d1.
Orbital 3s, 3px, 3py, 3pz dan 3d1z membentuk 5 orbital hibrida sp3d yang
ekivalen berbentuk trigonal bipiramida.
Contoh 5 :
S mempunyai konfigurasi elektron terluar 3s2 3p4. Satu elektron dari 3s dan
satu elektron dari 3p mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s1
3p2x 3p1y 3p1z 3d1 3d1x2-y2.
Keenam orbitak diatas berhibridisasi membentuk 6 orbital hibrida sp3d2 yang
ekivalen dengan bentuk oktahedral.
Proses hibridisasi pada pembentukan
BeCl2, BCl3, CH4, PCl5 dan SF6 dapat dilihat pada bagan-bagan berikut :
a. Proses hibridisasi pada
pembentukan BeCl2
b. Proses hibridisasi pada
pembentukan BCl3
c. Proses hibridisasi pada
pembentukan CH4
d. Proses hibridisasi pada
pembentukan PCl5
e. Proses hibridisasi pada
pembentukan SF6
(3) Dalam
hibridisasi, yang bergabung adalah orbital bukan elektron
(4) Sebagian besar
orbital hibrid bentuknya mirip tetapi tidak selalu identik.
A. Hibrid Sp
Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berilium diklorida. Berilium
mempunyai 4 orbital dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisasi
Berilium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu orbital 2p pada Be terhibridisasi
menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak tribridisasi. Diagram
hibridisasinya sebagai berikut :
Hibridisasi sp membentuk geometri linear dengan sudut 180°. Terjadi pada
BeH2 dan BeCl2
B. Hibrid sp2
Salah satu contoh orbital hirbid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron
trifluorida. Boron mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 eletron pada kulit terluar.
Hibridisasi boron mengkombinasikan 2s dan 2 orbital 2p menjadi 3 orbital hybrid
sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi. Skema hibridisasi Boron
adalah sebagai berikut :
Orbital hybrid sp2 menjadi bentuk trigonal planar dengan sudut ikatan120°.
C. Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah
atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana,
CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang
tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2
2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s,
dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p)
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua
orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen,
yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif, sehingga teori
ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk
berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori
mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi, hal ini
berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda
oleh karena perbedaan arah tumpang tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan
salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon
dengan energi yang sama.
Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan.
Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih) elektron:
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron
valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke
orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron
valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang
dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan
empat hidrogen, orbital 2s dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 menjadi
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s
hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang
dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
sama dengan
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana
seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya
menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron)
dan satu pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat
dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang
terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
D. Orbital hibrida sp3d dan sp3d2
Hibridisasi sp3d pada PC15. Pada PCl5, atom pusat Pospor dengan nomor atom P
mempunyai konfigurasi electron valensi ls22s22p63s23p3. Pada PC15 terdapat 5
ikatan kovalen, jadi Phospor harus mempunyai 5 orbital yang setengah penuh. Dengan
menerima energy, konfigurasi Phospor pada keadaan tereksitasi menjadi
ls22s22p63s13p33d1 . oleh karena itu terdapat 1 orbital s, 3 orbital p dan 1
orbital d yang akan berhibridisasi membentuk 5 orbital hibrida sp3d. geometri
yang terbentuk dari orbital ini adalah trigonal piramida dengan sudut 120°.
Hibridisasi sp3d2 pada SF6. Molekul SF6 mempunyai atom pusat S dengan nomor
atom 16 dan mempunyai konfigurasi electron [Ne]3s23p4 pada keadaan dasar. SF6
mempunyai 6 ikatan kovalen yang mengindikasikan 6 orbital yang terisi penuh.
Dengan menerima energy, konfigurasi electron sulfur pada keadaan tereksitasi
adalah [Ne] 3s13p33d2. Pada keadaan tereksitasi sulfur mempunyai 6 orbital yang
terisi setengah penuh pada orbital terluarnya yaitu 1 orbital 2, 3 orbital p
dan 2 orbital d yang akan mengalami hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d2
dengan geometri octahedral. 6 orbital tersebut overlap dengan 6 ikatan sigma
S-F yang ditunjukkan sebagai berikut :
Keterbatasan konsep hibridisasi
Konsep hibridisasi berhasil meramal struktur molekul senyawa kovalen bila
atom pusat berikatan tunggal dengan substituent (atom) yang sama. Jika tidak
demikian, akan terjadi penyimpangan yaitu bila :
a. Atom pusat mempunyai pasangan electron bebas seperti NH3
b. Terdapat ikatan rangkap antara ion pusat dengan atom lain seperti HCN
c. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda keelektronegatifannya seperti
H2CClF
d. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda ukurannya seperti H3CCl dan
H2CClF
Ikatan Rangkap Terkonjugasi
Ikatan rangkap terkonjugasi terjadi
dalam senyawa organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan
ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan memengaruhi satu sama lainnya membentuk
daerah delokalisasi elektron. Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini
bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik keseluruhan sistem konjugasi
ini. Adanya ikatan tunggal menyebabkan ketidakstabilan pada ikatan rangkap
sehingga senyawa tersebut terdelokasi agar mencapai kestabilan struktur.
Ikatan antar C-O lebih stabil daripada ikatan antar C-C karena pada ikatan C-O,
Atom O memiliki jumlah electron yang banyak untuk disumbangkan ke atom C
sehingga memiliki afinitas electron yang lebih tinggi. Hal ini berbeda pada
ikatan C-C yang memiliki jumlah electron yang sama .
Isomer Cis-Trans
Terdapat dua bentuk isomer
cis-trans, yakni cis dan trans. Cis mengandung pengertian bahwa
substituen terletak pada bidang yang sama. Sedangkan trans mengandung
pengertian bahwa substituen terletak pada bidang yang berseberangan. Trans
memiliki struktur yang lebih stabil dari pada cis karena cis memiliki halangan
rintangan sterik yang lebih rumit.
Isomer cis-trans memiliki sifat
fisis yang berbeda . Isomer cis memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan isomer trans. Sehingga isomer trans lebih cepat
mendidih karena kerapatan electron trans lebih kecil dan kebolehjadian
terbentuknya ikatran trans lebih rendah sehingga ikatan mudah diputuskan.
Isomer Trans memiliki titik leleh
yang lebih tinggi dari pada isomer cis. Sehingga isomer cis lebih cepat meleleh
cis memiliki halangan sterik yang rumit, energy kinetic cis yang besar dan
struktur cis yang lebih dekat.
Pengarah Orto, Para, Dan Meta
Gugus Pengarah Orto dan Para
Semua pengarah orto,para adalah
elekton donor, baik karena resonansi atau karena pengaruh induksi . Gugus pada
cincin akan mengarahkan substituen yang baru masuk pada posisi orto, para atau
meta sesuai dengan gugus mulanya. Gugus mula tersebut yang disebut sebagai
penentu orientasi. Gugus yang merupakan activator kuat adalah gugus pengarah
orto, para (adisi elektrofilik mengambil tempat pada posisi orto dan para
bergantung pada activator). Orientasi ini terutama disebabkan oleh kemampuan
substituen pengaktif kuat untuk melepaskan elektron (gugus amino dan gugus
hidoksil merupakan gugus activator yang baik). dapat disimpulkan bahwa semua
gugus dengan elektron bebas pada atom yang melekat pada cincin ialah pengarah
orto dan para..
Gugus Pengarah Meta
Pengarah meta mempunyai atom
bermuatan positif atau sebagian positif yang terikat pada cincin benzena. Dalam
reaksi nitrobenzena, gugus nitronya tidak menambah kesetabilan intermedietnya.
Malahan intermediet substitusi orto, atau para dan keadaan transisinya kurang
stabil (karena energy yang tinggi), karena sebuah struktur resonansi mengandung
muatan positif pada atom berdekatan. Oleh karena itu, substitusi terjadi lebih
banyak pada tempat meta, sebab keadaan transisi dan intermediatnya pada tempat
yang berdekatan mengandung muatan positif. Dapat disimpulkan semua gugus dengan
atom yang langsung melekat pada cincin aromatik bermuatan positif atau
merupakan bagian dari ikatan majemuk dengan unsure yang lebih elektronegatif
ialah pengarah meta.
Oleh karena itu, substitusi terjadi
lebih banyak pada tempat meta, sebab keadaan transisi dan intermediatnya pada
tempat yang berdekatan mengandung muatan positif.